ARDS biasanya dialami oleh orang yang sudah menderita penyakit kritis atau mengalami cedera cukup parah. Kebanyakan ARDS menyebabkan kematian, meskipun ada pula penderita yang dapat sembuh total. Besarnya risiko kematian bergantung dari usia penderita dan tingkat keparahan ARDS.

Gejala Acute Respiratory Distress Syndrome

Gejala yang dialami penderita ARDS dapat berbeda-beda, tergantung dari penyebab dan tingkat keparahannya. Beberapa gejala yang mungkin dirasakan oleh penderita ARDS adalah:
  • Napas menjadi sangat pendek.
  • Sesak napas dan frekuensi napas menjadi cepat.
  • Tekanan darah turun.
  • Penurunan kesadaran dan merasa sangat lelah.
  • Banyak berkeringat.
  • Pusing.
  • Bibir atau kuku berwarna kebiruan.
  • Batuk kering.
  • Demam.
  • Denyut nadi cepat.

Penyebab Acute Respiratory Distress Syndrome

Penyebab ARDS adalah merembesnya cairan dari pembuluh darah kapiler (pembuluh darah terkecil) dalam paru-paru ke dalam alveoli, tempat di mana seharusnya darah dipasok dengan oksigen. Pada kondisi normal, membran pembuluh darah akan menjaga cairan tetap di dalam. Adanya cedera atau penyakit yang berat dapat menyebabkan kebocoran cairan dari dinding pembuluh darah. Cedera dan penyakit tersebut di antaranya adalah:
  • Sepsis.
  • Menghirup zat berbahaya, seperti asap pekat atau uap kimia.
  • Pankreatitis.
  • Tersedak muntahan atau kondisi nyaris tenggelam.
  • Pneumonia berat.
  • Cedera di kepala, dada, atau bagian tubuh lainnya.
  • Luka bakar.
  • Overdosis obat tidur atau antidepresan.
  • Menerima transfusi darah dengan volume darah yang banyak.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena ARDS adalah:
  • Ketergantungan alkohol.
  • Berusia di atas 65 tahun.
  • Perokok.
  • Menderita penyakit paru-paru kronis.

Diagnosis Acute Respiratory Distress Syndrome

Tidak ada metode pemeriksaan spesifik untuk mendeteksi ARDS. Diagnosis yang dilakukan terhadap pasien yang dicurigai ARDS didasarkan pada pemeriksaan fisik, foto Rontgen dada, serta pemeriksaan analisis gas darah dari pembuluh arteri untuk melihat kadar oksigen dalam darah. Pemeriksaan darah juga dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia atau infeksi. Selain foto Rontgen, dokter dapat melakukan CT scan untuk mendiagnosis ARDS.
Pemeriksaan jantung juga mungkin akan disarankan bagi penderita ARDS, sebab gangguan jantung dan ARDS memiliki gejala yang sama. Beberapa pemeriksaan jantung yang dapat dilakukan adalah:
  • Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat aktivitas listrik dalam jantung.
  • Ekokardiografi, untuk mendeteksi gangguan pada struktur dan fungsi jantung penderita.

Pengobatan Acute Respiratory Distress Syndrome

Beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk mengatasi ARDS adalah:
  • Pemberian oksigen. Dokter akan meningkatkan kadar oksigen dalam aliran darah penderita dengan memberikan oksigen tambahan melalui selang hidung ataupun masker.
  • Alat bantu napas atau ventilator. Ventilator membantu memberikan tekanan udara tambahan ke paru-paru penderita.
  • Mengatur asupan cairan. Dokter akan mengatur jumlah cairan infus dan nutrisi yang masuk ke tubuh penderita, sesuai hasil uji klinis dan keadaan umum pasien.
  • Pemberian obat-obatan. Dokter akan memberikan obat untuk mencegah dan mengatasi infeksi, meredakan nyeri dan ketidaknyamanan, mencegah penggumpalan darah pada kaki dan paru, dan meminimalisasi refluks asam dan isi lambung. Bila diperlukan diberikan obat tidur, terutama untuk pasien yang menggunakan alat bantu napas.
  • Rehabilitasi paru. Tindakan ini diperlukan untuk memperkuat sistem pernapasan dan meningkatkan kapasitas paru-paru saat pemulihan dari ARDS.

Komplikasi Acute Respiratory Distress Syndrome

Pasien ARDS berisiko menderita komplikasi saat menjalani pengobatan. Beberapa komplikasi tersebut di antaranya adalah:
  • Penggumpalan darah. Berbaring terus-menerus dapat meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah, terutama pada pembuluh darah vena dalam di tungkai (deep vein thrombosis).
  • Kolaps paru-paru (pneumothorax). Penggunaan ventilator berfungsi memberikan tekanan udara tambahan untuk meningkatkan aliran oksigen dalam darah. Ventilator juga membantu membersihkan cairan dalam alveoli. Namun penggunaan ventilator berisiko membuat robekan kecil pada kantung udara paru-paru, sehingga membuat udara dalam paru-paru keluar melalui lubang kecil tersebut dan menyebabkan paru-paru kempis.
  • Infeksi. Untuk menyambungkan paru-paru dengan mesin (ventilator), dimasukkan pipa atau selang ke dalam tenggorokan sampai melewati pita suara. Selang ini merupakan benda asing bagi tubuh yang berisiko melukai dan mengiritasi saluran pernapasan, serta menjadi tempat pertumbuhan bakteri.
  • Fibrosis paru. Fibrosis paru mengakibatkan paru-paru menjadi tidak elastis dan sulit mengalirkan oksigen.
Beberapa gangguan kesehatan juga berisiko diderita oleh pasien ARDS yang berhasil disembuhkan, seperti:
  • Gangguan pernapasan (biasanya napas menjadi pendek), sampai membutuhkan oksigen tambahan saat pulang ke rumah.
  • Depresi.
  • Gangguan daya pikir dan daya ingat akibat otak sempat kekurangan pasokan oksigen.
  • Melemahnya otot akibat terlalu lama berbaring dan tidak digunakan.
  • Merasa lemas dan lelah.

Pencegahan Acute Respiratory Distress Syndrome

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan seseorang untuk menurunkan risiko menderita ARDS, yaitu:
  • Menghentikan kebiasaan merokok dan menghindari asap rokok.
  • Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol.
  • Rutin mendapatkan vaksin flu setiap tahun dan vaksin pneumonia setiap lima tahun untuk mengurangi risiko infeksi paru-paru.